PENDAHULUAN
Perencanaan
pendidikan mengandung arti untuk memenuhi kebutuhan manusia, bentuk apapun yang
diambil perencanan itu akan mempengaruhi aspek sosial dari situasi tersebut.
dengan demikian, walaupun perencanaan itu hanya berkaitan dengan aspek fisik
tetap hasus memiliki implikasi sosial. Pengertian perencanaan sosial kurang
memiliki batasan yang jelas sehingga menimbulkan berbagai konotasi. Jadi dapat
dikatakan perencanaan itu tidak akan lengkap jika hanya mempertimbangkan sub
kelompok fisik, sosial, ekonomi, atau pendidikan saja tanpa mempertimbangkan
keseluruhan lingkungan yang melingkupinya.
Perencanaan
bisa dikaji dengan dengan pengamatan dari berbagai komponennya yang berbeda.
Sebagai contoh perencanaan fungsional memfokuskan pada aspek tertentu dari
permasalahan total. Hal ini biasanya terpisah, tetapi dapat efektif bila
dikoordinasikan dengan upaya dan bentuk perencanaan jangka panjang keseluruhan.
selain
itu, kajian terhadap perencanaan pendidikan yang berlingkup regioanal perlu
segera digalakkan. Mengingat berbagai macam latar belakang yang terdapat di
masyarakat, jika tidak dikaji lebih mendalam, perencanaan hanyalah sebatas
rencana. Realitas pendidikan yang belum mampu memberikan solusi atas
prematurnya system pendidikan kita akan terus berlangsung.
Perencanaan
regional perlu mempertimbangkan aspek sosiologis seperti kebiasaan, adat
istiadat dan kebudayaan serta nilai-nilai budaya masyarakat setempat dan
aspek-aspek ekonomi seperti tingkat pendapatan, pola konsumsi, kebiasaan
menabung dan sebagainya.
Setiap
kebijakan yang dituangkan dalam rencana pendidikan yang dilaksanakan akan
mempengaruhi kehidupan sosial dan tingkah laku kelompok masyarakat, oleh karena
itu dalam perencanaan pendidikan harus memperhatikan aspek-aspek sosiologis
yang berkaitan dengan pembangunan pendidikan, di antaranya:
a.
bagaimana aspirasi
masyarakat terhadap pendidikan, di mana pendidikan dapat memberikan kesempatan
untuk memperbaiki mutu kehidupan.
b.
bagaimana mendapatkan
pendidikan yang mudah dan murah sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
c.
bagaimana mempersiapkan
fasilitas pendidikan dan mutu pendidikan yang baik.
d.
bagaimana menghadapi
situasi dan aspirasi masyarakat yang selalu bergerak dan berkembang.
Pendidikan dapat
dipandang sebagaai investasi karena pendidikan yang berhasil akan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kemajuan ekonomi mendorong perkembangan
pendidikan, dan pendidikan yang maju merupakan salah satu persyaratan untuk
perkembangan ekonomi selanjutnya.
Perencanaan Perubahan Sosial Pada Aspek Pendidikan
Salah satu faktor yang menentukan
pembangunan bidang pendidikan akan mencapai sasarannya adalah perencanaan yang
baik. Perencanaan yang baik tentunya mensyaratkan tersedianya dukungan data
yang benar-benar mencerminkan keadaan yang sebenarnya (akurat) dan mutakhir.
Syarat lain yang tidak kalah pentingnya adalah proses penyusunan yang benar-benar
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan daerah, melibatkan seluruh
stakeholder pendidikan, dan akuntabel.
Perencanaan
yang baik dapat dilihat dari dua sisi, yakni :
a.
Substansi isi perencanaan
dan proses penyusunannya. Dari sisi substansinya, setidak-tidaknya ada 5 (lima)
hal yang perlu mendapat perhatian
b.
Perencanaan seharusnya
sesederhana mungkin namun jelas kaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan
lainnya sehingga mudah dipahami dan diimplementasikan.
c.
Perencanaan harus terukur
sehingga mudah untuk dilihat sampai sejauh mana pelaksanaan sesuai dengan
perencanaan dan seberapa hasil yang telah dicapai. Pengukuran hanya bisa
dilakukan jika cukup tersedia data yang akurat dan mutakhir dari waktu ke
waktu.
d.
Isi perencanaan tidak
terlalu muluk-muluk dan seyogyanya sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat dan
sesuai dengan kapasitas daerah untuk melaksanakannya.
e.
Perencanaan harus
benar-benar dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan program dan kegiatan.
Penggunaan data dan informasi yang akurat mutlak diperlukan untuk menjadikan
perencanaan dapat diandalkan.
f.
Perencanaan harus jelas
jangka waktunya (tahunan, lima tahunan, sepuluh tahunan atau lebih dari itu).
Hal ini diperlukan untuk mengalokasikan sumberdaya yang tersedia dengan tepat.
Dari sisi proses penyusunannya,
perencanaan harus dibuat secara transparan, akuntabel, partisipatif dan
aspiratif. Untuk itu, berbagai pihak yang berkepentingan dengan pendidikan
harus dilibatkan sejak awal proses penyusunan perencanaan. Selain itu, sebelum
disahkan menjadi dokumen resmi, perencanaan perlu dipublikasikan terlebih
dahulu ke masyarakat luas melalui media masa lokal dan lokakarya-lokakarya untuk
memperoleh masukan-masukan. Jika proses penyusunan seperti dilaksanakan, akan
diperoleh kepedulian dan dukungan masyarakat dalam implementasi program dan
kegiatan pendidikan. Dengan perencanaan pendidikan seperti ini, pelaksanaan
program dan kegiatan pendidikan di daerah akan menjadi lebih efesien dan
efektif serta dapat diterima masyarakat secara luas. Kabupaten Kebumen
merupakan contoh yang baik.
Pembelajaran yang saat ini
dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanah air adalah
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan
PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas, sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Mengapa pembelajaran
harus mengaktifkan siswa? Sebenarnya kita belajar 10% dari yang kita baca,
20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat,
50% dari yang kita lihat dan dengar, 70% dari yang kita ucapkan, dan 90% dari yang kita ucapkan
dan kerjakan. Ada referensi
lain yang mengatakan bahwa siswa akan belajar 95% kalau siswa mengajarkan
kepada temannya. Artinya, belajar paling efektif jika dilakukan secara aktif
oleh individu tersebut. Pengelolaan kelas merupakan hal yang penting yang harus
dilakukan oleh sekolah dalam rangka mengefisienkan dan mengefektifkan proses
belajar dan sumber daya. Model pengelolaan kelas merupakan keputusan yang tidak
hanya diambil oleh guru tetapi juga dapat merupakan keputusan yang diambil oleh
sekolah maupun dinas pendidikan.
Perencanaan Pemberdayaan Perpustakaan Kelas
Membaca merupakan jantung
pengetahuan, oleh karena itu kebiasaan membaca hendaknya ditumbuhkan sejak
dini. Kegemaran akan membaca membawa pengaruh yang luar biasa pada perkembangan
pengetahuan siswa dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Sekolah sebagai
suatu lembaga formal memiliki peran yang strategis untuk menumbuhkan kebiasaan
membaca tersebut. Salah satu upaya yang dapat dikembangkan adalah pemanfaatan
perpustakaan sekolah atau sudut baca di dalam kelas. Beberapa sekolah binaan
MBE telah melakukan pengaturan agar siswa dapat menggunakan perpustakaan
sebagai sumber belajar.
A. Situasi Sebelum Perencanaan
Kondisi perpustakaan yang di sekolah
umumnya sangat memprihatinkan, tidak hanya pada keadaan fisik ruang
perpustakaan semata tetapi juga pada koleksi buku yang tersedia, pengelolaan,
dan pemanfaatannya. Umumnya ruang perpustakaan ditempatkan di ruang yang sempit,
kotor dan tidak ada perawatan yang memadai atau bahkan sekolah tidak mempunyai
perpustakaan sama sekali. Sebelum adanya inisiatif sekolah tidak memiliki ruang
perpustakaan sama sekali. Buku pelajaran hanya disimpan dalam lemari di kelas.
Pemanfaatan buku sangat jarang dilakukan oleh guru. Biasanya buku yang tersedia
hanya buku paket yang digunakan hanya pada matapelajaran tertentu saja. Kalau
pun ada variasi lain dari jenis buku yang tersedia, maka hal tersebut sangat
sedikit baik dari sisi jumlah maupun jenisnya.
B. Strategi Pelaksanaan
Maksud dan Tujuan
Dengan melihat kondisi faktual yang
ada di sekolah, beberapa kepala sekolah berinisiatif untuk melakukan perubahan.
Berbagai strategi dipikirkan agar maksud tersebut dapat dilaksanakan dengan
tujuan:
a.
Pengadaan ruang perpustakaan atau sudut
baca di dalam kelas
b.
Penambahan koleksi buku melalui
pembelian oleh sekolah maupun mengadakan sumbangan dari komite, pihak swasta
maupun orang tua siswa
c.
Pemanfaatan semaksimal mungkin buku
bacaan oleh siswa dan guru
d.
Peningkatan pengelolaan yang tertib atau
pengorganisasian perpustakaan
C. Pola Pikir dan Pelaksanaan
Berdasarkan maksud dan tujuan di
atas, maka sekolah memikirkan serangkaian langkah strategis yang dapat
digunakan. Adapun langkah-langkah yang diambil antara lain adalah:
a.
Kepala Sekolah melakukan sosialisasi ide
dalam pertemuan antara warga sekolah dengan wali murid.
b.
Kepala sekolah meminta guru untuk
mempersiapkan tempat yang dapat digunakan sebagai sudut baca dalam kelas berupa
meja yang diletakkan di sudut kelas dan menata buku yang berada dalam lemari di
sudut baca tersebut. Hal ini dilakukan agar buku bacaan semakin didekatkan pada
siswa sehingga mereka dapat dengan mudah memanfaatkannya.
c.
Kepala Sekolah mengambil kebijakan
membeli buku untuk menambah koleksi yang sudah ada dan menghimbau kepada wali
murid pada saat sosialisasi untuk turut serta menyumbangkan buku ke sekolah.
d.
Kepala Sekolah bersama guru dan wali
murid bersepakat meluncurkan suatu program pembiasaan membaca bagi siswa yaitu
membaca senyap yang dilakukan setiap hari, 15 menit sebelum pelajaran dimulai.
e.
Kepala Sekolah bersama komite dan orang
tua siswa menyepakati bagaimana meningkatkan perpustakaan sekolah dan sudut
baca di kelas.
D. Hasil yang Dicapai
Melalui berbagai inovasi yang
dilakukan kepala sekolah bersama stakeholder dalam pemberdayaan
perpustakaan/sudut baca maka hasil yang dicapai sebagai berikut:
a.
Minat baca siswa meningkat, hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya permintaan siswa pada sekolah untuk
menambah koleksi buku bacaan
b.
Semakin banyaknya sumber belajar yang
dapat digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran
c.
Adanya rasa sungkan dari siswa kalau
waktu istirahat hanya dipakai untuk bermain, sedangkan teman lainnya
mengambil buku dan serius membaca
d.
Banyak ide dan kreatifitas siswa yang
diperoleh dari buku yang mereka baca
Keberhasilan yang telah dicapai
dalam pemberdayaan perpustakaan/sudut baca di beberapa sekolah dapat memberikan
inspirasi bahwa:
a.
Walau dengan menggunakan biaya yang
minim dapat memberikan hasil yang optimal
b.
Inisiatif kepala sekolah untuk
memanfaatkan ruang kelas dan koridor sebagai ruang baca
c.
Pemberdayaan guru untuk mengelola dan
memanfaatkan perpustakaan/sudut baca
Dengan memperhatikan hasil yang positif
dari program pemberdayaan perpustakaan/sudut baca, maka kemungkinan
keberlanjutan program ini sangat besar. Penyusunan program yang diinisiasi oleh
kepala sekolah dengan melibatkan guru dan stakeholder, memungkinkan
program pemberdayaan ini dimodifikasi ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan kemudahan
langkah-langkah yang diambil dan banyaknya manfaat yang didapatkan untuk
meningkatkan kualitas siswa melalui kebiasaan membaca, maka kemungkinan
penyebarluasan pemberdayaan perpustakaan/sudut baca ini untuk dilakukan di
kabupaten/kota lainnya sangat besar.
Perencanaan
Optimalisasi Tutor Sebaya Di Dalam Kelas
Menurut teori belajar sosial,
belajar akan lebih efektif jika berinteraksi dengan orang lain. Orang lain yang
berfungsi membantu proses belajar di sekolah tidak hanya guru tetapi juga siswa
lain di kelas serta nara sumber. Siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi
dari siswa yang lain dapat berfungsi sebagai sumber belajar dan berperan aktif
sebagai fasilitator. Siswa yang dapat menjadi fasilitator ini dalam pendidikan
dinamakan tutor sebaya.
Penerapan tutor sebaya dilakukan jika pengelolaan pembelajaran bersifat
kelompok. Pengelolaan pembelajaran melalui manajemen kelompok yang berbantuan
dengan tutor sebaya telah dilaksanakan di SDN Punten 1 Kota Batu, SDN Sonorejo
2 Kabupaten Pati dan SDN Betek 1 Kabupaten Probolinggo.
A. Situasi Sebelim Perencanaan
a.
Anak-anak yang kurang mampu umumnya
takut berpendapat maupun bertanya
b.
Siswa yang menonjol kemampuannya umumnya
tidak peduli pada temannya yang
kurang mampu
c.
Aktivitas kelas didominasi oleh
anak-anak yang pandai
B.
Strategi
Pelaksanaan
Optimalisasi peran tutor sebaya
dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memberdayakan siswa yang pandai dikelasnya
untuk peduli dan membantu siswa yang kurang pandai
C.
Penyusunan Perencanaan
Prinsip yang menjadi dasar perencanaan ini adalah:
a.
Teori belajar sosial
b.
Meningkatkan kepedulian siswa yang
kemampuannya lebih tinggi untuk membantu
siswa yang kurang mampu
c.
Mengefektifkan proses pembelajaran
d.
Tahap
pelaksanaan
e.
Mencari anak yang menonjol kemampuannya di setiap kelompok
f.
Anak yang terpandai di setiap kelompok dijadikan sebagai Tutor Sebaya
g.
Tugas tutor sebaya adalah menjadi motor kerja kelompok dan menjadi fasilitator dalam kerja kelompok.
D.
Hasil yang Di
Peroleh
• Anak mulai
aktif (bertanya, berpendapat, bekerja sama);
• Anak
menghargai pendapat temannya;
• Memperingan
guru dalam mengatasi kekurangan anak-anak yang tertinggal;
• Nilai rata-rata
anak menunjukkan peningkatan;
• Adanya
persaingan yang sehat antar kelompok;
• Anak senang
belajar.
E.
Pelajaran yang
Dapat Di Ambil
a. Meningkatkan
kepedulian anak yang pandai di kelas (berperan sebagai tutor sebaya) kepada
siswa yang kurang mampu
b. Mengektifkan
pembelajaran karena ada banyak nara sumber di kelas
c. Membangkitkan
rasa sosial.
Proses pembelajaran di mana siswa
diorganisasi dalam kelompok agar berjalan efektif di setiap kelompok dapat
diangkat seorang “tutor kecil” untuk membantu guru membimbing siswa-siswa yang
lambat belajar. Model ini dapat dilanjutkan karena memberikan keuntungan kepada
proses dan hasil belajar pada siswa yang cepat belajar maupun yang lambat
belajar.
Berdasarkan
manfaat yang dapat diambil dari model pengelolaan kelompok yang di dalamnya ada
tutor sebaya maka model ini dapat disebarluaskan untuk dikembangkan di kelas
lain atau di sekolah yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar