Selasa, 21 Januari 2014

Artikel Konseptual



Abstrak

Istilah  bimbingan mental di sekolah – sekolah merupakan proses pemberian bantuan kepada seseorang yang dilakukan terus-menerus dan sistematis yaitu tentang bagaimana sikap berfikir seseorang dalam mengontrol aksi gerak tubuh atau tindakannya. Biasanya bimbingan mental ini diberikan oleh senior kepada yunior, yaitu dari guru kepada siswa. Seiring dengan perkembangan zaman pengertian bimbingan mental sering disalahgunakandan dianggap sebagai tindakan yang berazaskan kesenioritasan. Pada dasarnya tindakan bintal juga bisa memberikan pengaruh positif terhadap kondisi psikis para siswa. Dengan adanya bintal sebagian besar siswa mampu belajar untuk menghadapi berbagai masalah yang akan terjadi pada dirinya dan lebih berani mengungkapkan pendapatnya di depan umum.
Kata Kunci: Bimbingan Mental, Psikis
Latar Belakang
Sekolah merupakan salah satu sarana untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengembangkan  potensi diri. Selain itu, sekolah juga merupakan sarana pembentuk kepribadian siswa. Di dalam lingkungan sekolah, para siswa dapat menemukan jati diri mereka dan membentuk mentalnya.
Pembentukan mental para siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan memberikan bimbingan mental atau yang biasa disebut bintal. Biasanya bimbingan mental ini diberikan oleh senior kepada yunior, yaitu dari guru kepada siswa. Di sekolah-sekolah menengah atas, tindakan bintal bisa dilakukan oleh kakak kelas terhadap adik kelasnya. Namun, sering kali pengertian bintal yang dilakukan oleh kakak kelas terhadap adik kelas banyak disalahgunakan. Pengertian bintal tersebut dianggap sebagai tindakan yang berazaskan kesenioritasan.
Tujuan bintal itu sendiri sebenarnya adalah untuk membentuk kekuatan mental para siswa agar menjadi pribadi yang selalu siap dalam menghadapi suatu masalah. Para siswa dituntut untuk bisa bertanggung jawab dan bebas mengeluarkan pendapat mereka. Sebenarnya, jika hal tersebut dapat terlaksana dengan baik sesuai aturan, maka nantinya akan membentuk mental siswa yang kuat, berani, dan sanggup menghadapi masalah apapun.
Pada kenyataannya, banyak kakak kelas yang menyalahgunakan tindakan bintal. Tindakan tersebut justru menjerumus kepada tindakan kekerasan psikis. Bintal digunakan sebagai ajang untuk balas dendam dan menunjukkan kesenioritasannya. Terkadang, tindakan bintal diwarnai oleh emosi-emosi kakak kelas terhadap adik-adik kelasnya. Para senior tersebut dengan seenaknya membentak-bentak yuniornya, sengaja mencari-cari kesalahan adik kelas sehingga dapat memberikan hukuman kepada mereka. Tindakan seperti itu dilakukan dengan dalih untuk membentuk mental para siswa agar lebih kuat, lebih berani, mampu mengeluarkan pendapat, dan bisa mengahadapi berbagai masalah. Padahal ada beberapa siswa yang mengalami tekanan psikis akibat tindakan bintal tersebut.
Namun demikian, pada dasarnya tindakan bintal juga bisa memberikan pengaruh positif terhadap kondisi psikis para siswa. Dengan adanya bintal sebagian besar siswa mampu belajar untuk menghadapi berbagai masalah yang akan terjadi pada dirinya dan lebih berani mengungkapkan pendapatnya di depan umum.
Analisis dan Pembahasan
Bimbingan mental atau biasa dikenal dengan istilah ”bintal” merupakan salah satu tindakan yang bertujuan untuk membentuk mental siswa. Melalui kegiatan ini, siswa diharapkan mampu lebih siap dalam menghadapi berbagai masalah, siswa dituntut untuk lebih bertindak kritis dan berani mengemukakan pendapat. Bintal bisa dilaksanakan oleh guru kepada siswa maupun kakak kelas terhadap adik kelas. Bintal oleh kakak kelas biasanya dilaksanakan dalam kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) maupun kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Di sekolah-sekolah  juga sering diadakan bintal dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan bintal tersebut biasanya dalam bentuk evaluasi. Ekstrakurikuler yang memuat unsur bintal di dalamnya antara lain Paskibra, Pramuka, PKS, PMR, dll.
Dewasa ini di sekolah-sekolah menengah atas kerap kali dilakukan tindakan bintal dengan tujuan untuk membentuk mental dan pribadi siswa yang kuat, berani dan mampu menghadapi berbagai masalah. Bimbingan mental yang dilakukan oleh kakak kelas terhadap adik kelasnya sudah dipraktekkan dalam beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Para senior mengatakan bahwa hal tersebut diadakan dengan tujuan untuk mengevaluasi siswa yunior. Pada kenyataannya, tidak jarang kakak kelas yang mengeluarkan emosi-emosinya ketika mengevaluasi adik kelas dengan tindakan bintal. Mereka dengan sengaja memaki-maki dan menekan para yunior tanpa sebab yang jelas. Hal tersebutlah yang terkadang membuat para siswa tidak merasa nyaman dan bahagia ketika berada di lingkungan sekolah.
Biasanya tindakan bintal tersebut dilakukan pertama kali oleh kakak kelas sebagai senior terhadap siswa baru (yunior) di sekolahnya dalam kegiatan masa oroentasi siswa (MOS). Kegiatan MOS inilah yang mengawali adanya tindakan bintal oleh kakak kelas terhadap adik kelasnya.  Ketika MOS diadakan, para senior mulai menunjukkan kesenioritasannya. Pelatihan mental yang dilakukan para senior terhadap adik kelasnya sering kali mengharuskan siswa baru kelas X untuk menuruti semua yang diperintah oleh para senior. Jika terdapat satu kesalahan kecil saja, maka para yunior akan mendapatkan sanksinya. Keadaan tersebut akan membuat energi siswa yunior habis terserap untuk mengatasi rasa takutnya. Mereka merasa tertekan baik fisik maupun psikis.
Dihapuskannya MOS justru tidak akan menyelesaikan masalah karena MOS hanyalah salah satu kegiatan. Hal yang harus dilakukan adalah memberikan kesadaran bahwa memaki dan dan menekan yunior itu mempunyai dampak yang tidak baik. Dampak negatifnya lebih banyak daripada dampak positif. Sedangkan sikap-sikap tahan banting dan sebagainya bisa dipupuk dengan cara yang berbeda, bukan dengan penekanan. Misalnya dengan membangun sikap kerja yang mempertebal daya tahan siswa terhadap stress yang tinggi. Siswa bisa diberi tugas dengan memberlakukan batas waktu tertentu. Untuk membangun sikap daya tahan tinngi terhadap stress ini otoritasnya ada pada guru, bukan pada siswa senior yang dari sisi emosional maupun kematangannya pun belum stabil. Bila kedapatan siswa yunior yang menyalahi aturan sekolah atau kurang disiplin, hak untuk menegur atau memberi sanksi pun ada pada guru, bukan sesama siswa. Alasannya, guru biasanya memiliki cara tersendiriyang bisa membuat siswa paham mengapa dia ditegur atau dikenai sanksi. Dengan demikian, siswa belajar kepekaan terhadap disiplin tanpa harus mengalami penekanan secara emosi maupun fisik.
Kondisi Psikis Remaja
Manusia terus berkembang seumur hidupnya. Mulai dari ia dilahirkan sampai ia mati. Perkembangan manusia ini terbagi dalam tiga fase, yaitu :
ü   Masa kanak-kanak
ü   Masa remaja
ü   Masa dewasa
Fase-fase perkembangan tersebut memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Namun, dari ketiga fase itu, fase yang memiliki peranan cukup penting adalah masa remaja.
Seperti yang kita ketahui bahwa masa remaja adalah masa peralihan (transition). Masa remaja dikatakan sebagai masa penghubung dari masa kana-kanak menuju ke masa dewasa. Remaja dan kehidupannya sangat identik dengan pencarian identitas, meskipun pada hakikatnya sepanjang kehidupan manusia adalah pencarian jati diri. Dalam proses pencarian jati diri oleh remaja sering dijumpai banyak perubahan kondisi psikis remaja. Dalam masa remaja ini pula, proses perkembangan terjadi dengan waktu yang relatif  cepat. Pada dasarnya, arti kata perkembangan adalah perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam waktu tertentu menuju kedewasaan. Pada masa ini, para remaja mengalami perkembangan yang cukup dramatis dalam kesadaran diri mereka. Mereka sangat rentan terhadap pendapat dan tindakan orang lain, dengan alasan para remaja menganggap bahwa orang lain terlalu memperhatikan mereka sehingga para remaja sering mendapatkan berbagai kritikan. Anggapan tersebut membuat para remaja selalu benar-benar menjaga penampilan diri sendiri dan citra yang direfleksikan sebelum mereka mendapatkan kriktikan dari orang lain.
Ketika masa remaja, kondisi jiwanya masih labil karena belum menemukan nilai-nilai serta pegangan hidup yang mantap. Oleh karena itu, para remaja sangat sensitif terhadap pengaruh dari luar, baik bersifat positif maupun negatif. Pengaruh tersebut akan memberikan efek pada kondisi psikis remaja. Pada periode ini juga terjadi tingkah laku anarkhronistis/bertentangan, yang kemudian mengakibatkan konflik-konflik batin dan gangguan emosional. Para remaja disebut sebagai anak puer atau remaja besar. Dalam masa ini, remaja sudah tidak mau lagi dianggap sebagai anak kecil, padahal ia belum sepenuhnya bisa meninggalkan sifat kekanak-kanakannya. Ciri paling menonjol pada usia ini adalah rasa memiliki harga diri yang menguat. Tidak ada periode kehidupan manusia yang secara psikis begitu positif kuat daripada masa pueral ini. Mereka memanifestasikan energi mereka yang begitu berlimpah dalam bentuk keceriaan, kericuhan, keberanian, dan lain sebagainya.
Pada umumnya, remaja puer memiliki keinginan yang menggebu-gebu untuk menarik perhatian orang lain dan juga terkadang timbul dorongan untuk menguasai orang lain. Ada hasrat untuk menunjukkan eksistensi diri lebih dari yang lain. Mereka mampu melakukan apapun, sehingga mereka ingin melebih-lebihkan kemampuan diri sendiri. Sifat-sifat tersebut dimiliki oleh sebagian besar remaja. Hal ini biasa terjadi di sekolah-sekolah menengah atas, misalnya kakak kelas terhadap adik kelas yang ingin menunjukkan kesenioritasannya dengan cara memberikan evaluasi dalam bentuk bimbingan mental (bintal). Biasanya, bintal ini diberikan pada masa orientasi siswa baru. Bahkan, sekarang kegiatan bintal sering diadakan dalam pelantikan beberapa ekstrakurikuler sekolah. Sebenarnya tujuan utama bintal ini adalah untuk membentuk mental dan pribadi siswa yang kuat dan cakap. Namun, karena sesama siswa yang emosinya belum stabil, kegiatan pembentukan mental tersebut menjadi berlebihan sehingga menimbulkan dampak negatif yang lebih besar daripada dampak positifnya. Sering kali para senior (kakak kelas) mewarnai tindakan bintal dengan emosi-emosinya yang tidak terkontrol, akibatnya terjadilah tindakan saling membentak kepada para juniuor (adik kelas). Dampak yang paling berefek dari tindakan tersebut adalah menurunnya kesejahteraan psikologis dan penyesuaian sosial yang buruk. Para yunior akan merasa tidak nyaman bersekolah dan bisa menjadi minder (rendah diri). Tentu hal ini akan berdampak pada prestasi akademik dan lingkungan sosialnya. Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan terjadinya gangguan psikologis seperti rasa cemas yang paling berlebihan, selalu merasa takut, depresi dan gejala-gejala stress pasca trauma.
Tindakan bintal di sekolah – sekolah masih menuai kontroversi. Sebagian siswa menyetujui tindakan bintal. Namun ada juga yang tidak setuju dengan tindakan bintal tersebut. sebagian besar siswa menyetujui diadakannya tindakan bintal. Para siswa yang setuju diadakannya tindakan bintal tentunya mempunyai beberapa alasan yang mendukung seperti melatih mental siswa, menanamkan kedisiplinan, dan melatih bertindak lebih kritis. Beberapa siswa ada yang tidak setuju dengan tindakan bintal. Mereka juga mempunyai alasan-alasan tertentu seperti menimbulkan balas dendam, membuat adik kelas takut dan trauma, dan  tidak ada manfaatnya.
Faktor Pendorong Diadakannya Bintal
Pelaksanaan tindakan bintal tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor pendorong diadakannya tindakan bintal tersebut. Terdapat beberapa pendapat mengenai faktor pendorong tindakan bintal antara lain pembentukan mental, tradisi, dan motif balas dendam. Faktor pendorong tindakan bintal sebagian besar adalah pembentukan mental. Hal ini diakrenakan tujuan dasar pelaksanaan bintal adalah sebagai sarana untuk membentuk mental siswa menjadi lebih baik.
Perubahan setelah Mengikuti Bintal
Pada saat memperoleh bintal, perasaan para siswa bermacam-macam. Ada yang tegang, takut, marah, dan ada pula yang biasa-biasa saja. Perasaan itu muncul sesuai dengan sikap kita dalam menghadapi tindakan bintal tersebut seperti biasa saja, tegang, takut, marah dan kesal. Bimbingan mental yang diberikan kepada siswa bisa membawa perubahan pada diri siswa dan bisa juga tidak memberikan perubahan apapun. Sebagian siswa merasakan adanya perubahan pada diri mereka setelah mengikuti bintal. Setelah mengikuti bintal, para siswa merasakan adanya perubahan yang positif pada diri mereka. Perubahan-perubahan tersebut seperti lebih siap dalam menghadapi masalah, lebih bisa mengintrospeksi diri, lebih disiplin dan bertanggung jawab, lebih berani mengutarakan pendapat.
Keinginan Melakukan Bintal terhadap Adik Kelas
Para siswa yang telah mendapatkan bintal pada saat masih menjadi adik kelas (yunior) tentu mempunyai keinginan untuk melakukan tindakan yang sama terhadap adik kelas mereka kelak. Namun demikian, ada juga siswa yang tidak mempunyai keinginan untuk melakukan tindakan bintal terhadap adik kelas. Kakak kelas memiliki keinginan untuk melakukan bintal terhadap adik kelasnya. Keinginan tersebut tentunya didasari oleh alasan-alasan yang mendukung seperti membentuk mental yunior lebih baik, meneruskan tradisi.
Pengaruh Bintal terhadap Kondisi Psikis Siswa
Pelaksanaan bimbingan mental dapat berpengaruh terhadap kondisi psikis siswa. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif maupun negatif. Siswa yang mengikuti bintal ada yang merasakan dampak dari bintal tersebut terhadap kondisi psikisnya. Namun, ada pula siswa yang merasa bintal tidaklah membawa pengaruh terhadap kondisi psikisnya. sebagian besar siswa merasakan adanya pengaruh bintal terhadap kondisi psikis. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif maupun negatif. Pengaruh positif tindakan bintal antara lain menambah kekritisan siswa, melatih mental siswa lebih kuat, meningkatkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab, dan lebih siap menghadapi berbagai masalah. Di samping mempunyai pengaruh positif, bintal juga memberikan pengaruh negatif terhadap kondisi psikis siswa. Pengaruh negatif tersebut takut pada kakak kelas dan trauma dan timbul rasa benci dan dendam.
Kesimpulan
Sebagian besar siswa di sekolah-sekolah memberikan tanggapan yang positif tentang pelaksanaan bintal.
1.            Faktor pendorong diadakannya tindakan bintal yang paling dominan menurut para siswa adalah untuk membentuk mental siswa.
2.            Pelaksanaan bintal berpengaruh terhadap kondisi psikis siswa. Pengaruh positifnya adalah dapat menambah daya kritis siswa. Sedangkan dampak negatif dari bintal adalah siswa menjadi takut pada kakak kelas dan mengalami trauma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar