Abstrak
Istilah bimbingan mental di
sekolah – sekolah merupakan proses pemberian bantuan kepada seseorang yang
dilakukan terus-menerus dan sistematis yaitu tentang bagaimana sikap berfikir
seseorang dalam mengontrol aksi gerak tubuh atau tindakannya. Biasanya
bimbingan mental ini diberikan oleh senior kepada yunior, yaitu dari guru
kepada siswa. Seiring dengan perkembangan zaman pengertian bimbingan mental
sering disalahgunakandan dianggap sebagai tindakan yang berazaskan kesenioritasan.
Pada dasarnya tindakan bintal juga bisa memberikan pengaruh positif terhadap
kondisi psikis para siswa. Dengan adanya bintal sebagian besar siswa mampu
belajar untuk menghadapi berbagai masalah yang akan terjadi pada dirinya dan
lebih berani mengungkapkan pendapatnya di depan umum.
Kata
Kunci: Bimbingan Mental, Psikis
Latar
Belakang
Sekolah
merupakan salah satu sarana untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
mengembangkan potensi diri. Selain itu,
sekolah juga merupakan sarana pembentuk kepribadian siswa. Di dalam lingkungan
sekolah, para siswa dapat menemukan jati diri mereka dan membentuk mentalnya.
Pembentukan
mental para siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah
dengan memberikan bimbingan mental atau yang biasa disebut bintal. Biasanya
bimbingan mental ini diberikan oleh senior kepada yunior, yaitu dari guru
kepada siswa. Di sekolah-sekolah menengah atas, tindakan bintal bisa dilakukan
oleh kakak kelas terhadap adik kelasnya. Namun, sering kali pengertian bintal
yang dilakukan oleh kakak kelas terhadap adik kelas banyak disalahgunakan.
Pengertian bintal tersebut dianggap sebagai tindakan yang berazaskan
kesenioritasan.
Tujuan
bintal itu sendiri sebenarnya adalah untuk membentuk kekuatan mental para siswa
agar menjadi pribadi yang selalu siap dalam menghadapi suatu masalah. Para
siswa dituntut untuk bisa bertanggung jawab dan bebas mengeluarkan pendapat
mereka. Sebenarnya, jika hal tersebut dapat terlaksana dengan baik sesuai
aturan, maka nantinya akan membentuk mental siswa yang kuat, berani, dan
sanggup menghadapi masalah apapun.
Pada
kenyataannya, banyak kakak kelas yang menyalahgunakan tindakan bintal. Tindakan
tersebut justru menjerumus kepada tindakan kekerasan psikis. Bintal digunakan
sebagai ajang untuk balas dendam dan menunjukkan kesenioritasannya. Terkadang,
tindakan bintal diwarnai oleh emosi-emosi kakak kelas terhadap adik-adik
kelasnya. Para senior tersebut dengan seenaknya membentak-bentak yuniornya,
sengaja mencari-cari kesalahan adik kelas sehingga dapat memberikan hukuman
kepada mereka. Tindakan seperti itu dilakukan dengan dalih untuk membentuk
mental para siswa agar lebih kuat, lebih berani, mampu mengeluarkan pendapat,
dan bisa mengahadapi berbagai masalah. Padahal ada beberapa siswa yang
mengalami tekanan psikis akibat tindakan bintal tersebut.
Namun
demikian, pada dasarnya tindakan bintal juga bisa memberikan pengaruh positif
terhadap kondisi psikis para siswa. Dengan adanya bintal sebagian besar siswa
mampu belajar untuk menghadapi berbagai masalah yang akan terjadi pada dirinya
dan lebih berani mengungkapkan pendapatnya di depan umum.
Analisis dan Pembahasan
Bimbingan
mental atau biasa dikenal dengan istilah ”bintal” merupakan salah satu tindakan
yang bertujuan untuk membentuk mental siswa. Melalui kegiatan ini, siswa
diharapkan mampu lebih siap dalam menghadapi berbagai masalah, siswa dituntut
untuk lebih bertindak kritis dan berani mengemukakan pendapat. Bintal bisa
dilaksanakan oleh guru kepada siswa maupun kakak kelas terhadap adik kelas.
Bintal oleh kakak kelas biasanya dilaksanakan dalam kegiatan Masa Orientasi
Siswa (MOS) maupun kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Di sekolah-sekolah juga sering diadakan bintal dalam
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan bintal tersebut biasanya dalam bentuk
evaluasi. Ekstrakurikuler yang memuat unsur bintal di dalamnya antara lain
Paskibra, Pramuka, PKS, PMR, dll.
Dewasa
ini di sekolah-sekolah menengah atas kerap kali dilakukan tindakan bintal
dengan tujuan untuk membentuk mental dan pribadi siswa yang kuat, berani dan
mampu menghadapi berbagai masalah. Bimbingan mental yang dilakukan oleh kakak
kelas terhadap adik kelasnya sudah dipraktekkan dalam beberapa kegiatan
ekstrakurikuler. Para senior mengatakan bahwa hal tersebut diadakan dengan
tujuan untuk mengevaluasi siswa yunior. Pada kenyataannya, tidak jarang kakak
kelas yang mengeluarkan emosi-emosinya ketika mengevaluasi adik kelas dengan
tindakan bintal. Mereka dengan sengaja memaki-maki dan menekan para yunior
tanpa sebab yang jelas. Hal tersebutlah yang terkadang membuat para siswa tidak
merasa nyaman dan bahagia ketika berada di lingkungan sekolah.
Biasanya
tindakan bintal tersebut dilakukan pertama kali oleh kakak kelas sebagai senior
terhadap siswa baru (yunior) di sekolahnya dalam kegiatan masa oroentasi siswa
(MOS). Kegiatan MOS inilah yang mengawali adanya tindakan bintal oleh kakak
kelas terhadap adik kelasnya. Ketika MOS
diadakan, para senior mulai menunjukkan kesenioritasannya. Pelatihan mental
yang dilakukan para senior terhadap adik kelasnya sering kali mengharuskan
siswa baru kelas X untuk menuruti semua yang diperintah oleh para senior. Jika
terdapat satu kesalahan kecil saja, maka para yunior akan mendapatkan
sanksinya. Keadaan tersebut akan membuat energi siswa yunior habis terserap untuk
mengatasi rasa takutnya. Mereka merasa tertekan baik fisik maupun psikis.
Dihapuskannya
MOS justru tidak akan menyelesaikan masalah karena MOS hanyalah salah satu
kegiatan. Hal yang harus dilakukan adalah memberikan kesadaran bahwa memaki dan
dan menekan yunior itu mempunyai dampak yang tidak baik. Dampak negatifnya
lebih banyak daripada dampak positif. Sedangkan sikap-sikap tahan banting dan
sebagainya bisa dipupuk dengan cara yang berbeda, bukan dengan penekanan.
Misalnya dengan membangun sikap kerja yang mempertebal daya tahan siswa
terhadap stress yang tinggi. Siswa bisa diberi tugas dengan memberlakukan batas
waktu tertentu. Untuk membangun sikap daya tahan tinngi terhadap stress ini
otoritasnya ada pada guru, bukan pada siswa senior yang dari sisi emosional
maupun kematangannya pun belum stabil. Bila kedapatan siswa yunior yang
menyalahi aturan sekolah atau kurang disiplin, hak untuk menegur atau memberi
sanksi pun ada pada guru, bukan sesama siswa. Alasannya, guru biasanya memiliki
cara tersendiriyang bisa membuat siswa paham mengapa dia ditegur atau dikenai
sanksi. Dengan demikian, siswa belajar kepekaan terhadap disiplin tanpa harus
mengalami penekanan secara emosi maupun fisik.
Kondisi Psikis Remaja
Manusia
terus berkembang seumur hidupnya. Mulai dari ia dilahirkan sampai ia mati.
Perkembangan manusia ini terbagi dalam tiga fase, yaitu :
ü Masa
kanak-kanak
ü Masa
remaja
ü Masa
dewasa
Fase-fase
perkembangan tersebut memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian
seseorang. Namun, dari ketiga fase itu, fase yang memiliki peranan cukup
penting adalah masa remaja.
Seperti
yang kita ketahui bahwa masa remaja adalah masa peralihan (transition). Masa
remaja dikatakan sebagai masa penghubung dari masa kana-kanak menuju ke masa
dewasa. Remaja dan kehidupannya sangat identik dengan pencarian identitas,
meskipun pada hakikatnya sepanjang kehidupan manusia adalah pencarian jati
diri. Dalam proses pencarian jati diri oleh remaja sering dijumpai banyak
perubahan kondisi psikis remaja. Dalam masa remaja ini pula, proses
perkembangan terjadi dengan waktu yang relatif
cepat. Pada dasarnya, arti kata perkembangan adalah perubahan-perubahan
psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik
pada anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam waktu
tertentu menuju kedewasaan. Pada masa ini, para remaja mengalami perkembangan
yang cukup dramatis dalam kesadaran diri mereka. Mereka sangat rentan terhadap
pendapat dan tindakan orang lain, dengan alasan para remaja menganggap bahwa
orang lain terlalu memperhatikan mereka sehingga para remaja sering mendapatkan
berbagai kritikan. Anggapan tersebut membuat para remaja selalu benar-benar
menjaga penampilan diri sendiri dan citra yang direfleksikan sebelum mereka
mendapatkan kriktikan dari orang lain.
Ketika
masa remaja, kondisi jiwanya masih labil karena belum menemukan nilai-nilai
serta pegangan hidup yang mantap. Oleh karena itu, para remaja sangat sensitif
terhadap pengaruh dari luar, baik bersifat positif maupun negatif. Pengaruh
tersebut akan memberikan efek pada kondisi psikis remaja. Pada periode ini juga
terjadi tingkah laku anarkhronistis/bertentangan, yang kemudian mengakibatkan
konflik-konflik batin dan gangguan emosional. Para remaja disebut sebagai anak
puer atau remaja besar. Dalam masa ini, remaja sudah tidak mau lagi dianggap
sebagai anak kecil, padahal ia belum sepenuhnya bisa meninggalkan sifat
kekanak-kanakannya. Ciri paling menonjol pada usia ini adalah rasa memiliki
harga diri yang menguat. Tidak ada periode kehidupan manusia yang secara psikis
begitu positif kuat daripada masa pueral ini. Mereka memanifestasikan energi
mereka yang begitu berlimpah dalam bentuk keceriaan, kericuhan, keberanian, dan
lain sebagainya.
Pada
umumnya, remaja puer memiliki keinginan yang menggebu-gebu untuk menarik
perhatian orang lain dan juga terkadang timbul dorongan untuk menguasai orang
lain. Ada hasrat untuk menunjukkan eksistensi diri lebih dari yang lain. Mereka
mampu melakukan apapun, sehingga mereka ingin melebih-lebihkan kemampuan diri
sendiri. Sifat-sifat tersebut dimiliki oleh sebagian besar remaja. Hal ini
biasa terjadi di sekolah-sekolah menengah atas, misalnya kakak kelas terhadap
adik kelas yang ingin menunjukkan kesenioritasannya dengan cara memberikan
evaluasi dalam bentuk bimbingan mental (bintal). Biasanya, bintal ini diberikan
pada masa orientasi siswa baru. Bahkan, sekarang kegiatan bintal sering
diadakan dalam pelantikan beberapa ekstrakurikuler sekolah. Sebenarnya tujuan
utama bintal ini adalah untuk membentuk mental dan pribadi siswa yang kuat dan
cakap. Namun, karena sesama siswa yang emosinya belum stabil, kegiatan
pembentukan mental tersebut menjadi berlebihan sehingga menimbulkan dampak
negatif yang lebih besar daripada dampak positifnya. Sering kali para senior
(kakak kelas) mewarnai tindakan bintal dengan emosi-emosinya yang tidak
terkontrol, akibatnya terjadilah tindakan saling membentak kepada para juniuor
(adik kelas). Dampak yang paling berefek dari tindakan tersebut adalah
menurunnya kesejahteraan psikologis dan penyesuaian sosial yang buruk. Para
yunior akan merasa tidak nyaman bersekolah dan bisa menjadi minder (rendah
diri). Tentu hal ini akan berdampak pada prestasi akademik dan lingkungan
sosialnya. Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan
terjadinya gangguan psikologis seperti rasa cemas yang paling berlebihan,
selalu merasa takut, depresi dan gejala-gejala stress pasca trauma.
Tindakan
bintal di sekolah – sekolah masih menuai kontroversi. Sebagian siswa menyetujui
tindakan bintal. Namun ada juga yang
tidak setuju dengan tindakan bintal tersebut. sebagian besar
siswa menyetujui diadakannya tindakan bintal. Para siswa yang setuju
diadakannya tindakan bintal tentunya mempunyai beberapa alasan yang mendukung
seperti melatih mental siswa, menanamkan
kedisiplinan, dan melatih
bertindak lebih kritis. Beberapa siswa ada yang tidak setuju
dengan tindakan bintal. Mereka juga mempunyai alasan-alasan tertentu seperti
menimbulkan balas dendam, membuat adik kelas takut dan trauma, dan tidak ada manfaatnya.
Faktor Pendorong Diadakannya Bintal
Pelaksanaan
tindakan bintal tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor pendorong
diadakannya tindakan bintal tersebut. Terdapat beberapa pendapat mengenai
faktor pendorong tindakan bintal antara lain pembentukan mental, tradisi, dan motif balas dendam. Faktor
pendorong tindakan bintal sebagian besar adalah pembentukan mental. Hal ini
diakrenakan tujuan dasar pelaksanaan bintal adalah sebagai sarana untuk
membentuk mental siswa menjadi lebih baik.
Perubahan setelah Mengikuti Bintal
Pada
saat memperoleh bintal, perasaan para siswa bermacam-macam. Ada yang tegang,
takut, marah, dan ada pula yang biasa-biasa saja. Perasaan itu muncul sesuai
dengan sikap kita dalam menghadapi tindakan bintal tersebut seperti biasa saja,
tegang, takut, marah dan kesal. Bimbingan
mental yang diberikan kepada siswa bisa membawa perubahan pada diri siswa dan
bisa juga tidak memberikan perubahan apapun. Sebagian siswa merasakan adanya
perubahan pada diri mereka setelah mengikuti bintal. Setelah mengikuti bintal,
para siswa merasakan adanya perubahan yang positif pada diri mereka. Perubahan-perubahan tersebut seperti lebih siap dalam menghadapi masalah, lebih bisa
mengintrospeksi diri, lebih disiplin dan bertanggung jawab, lebih berani
mengutarakan pendapat.
Keinginan
Melakukan Bintal terhadap Adik Kelas
Para siswa yang telah mendapatkan bintal pada saat masih
menjadi adik kelas (yunior) tentu mempunyai keinginan untuk melakukan tindakan
yang sama terhadap adik kelas mereka kelak. Namun demikian, ada juga siswa yang
tidak mempunyai keinginan untuk melakukan tindakan bintal terhadap adik kelas. Kakak kelas memiliki keinginan untuk melakukan bintal
terhadap adik kelasnya. Keinginan
tersebut tentunya didasari oleh alasan-alasan yang mendukung seperti membentuk
mental yunior lebih baik, meneruskan tradisi.
Pengaruh
Bintal terhadap Kondisi Psikis Siswa
Pelaksanaan bimbingan mental dapat berpengaruh terhadap
kondisi psikis siswa. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif maupun
negatif. Siswa yang mengikuti bintal ada yang merasakan dampak dari bintal
tersebut terhadap kondisi psikisnya. Namun, ada pula siswa yang merasa bintal
tidaklah membawa pengaruh terhadap kondisi psikisnya. sebagian besar siswa merasakan adanya pengaruh bintal terhadap
kondisi psikis. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif maupun
negatif. Pengaruh positif tindakan bintal antara lain menambah kekritisan
siswa, melatih mental siswa lebih kuat, meningkatkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab, dan lebih siap menghadapi berbagai masalah. Di samping
mempunyai pengaruh positif, bintal juga memberikan pengaruh negatif terhadap
kondisi psikis siswa. Pengaruh negatif tersebut takut pada kakak kelas dan
trauma dan timbul rasa benci dan dendam.
Kesimpulan
Sebagian
besar siswa di sekolah-sekolah memberikan tanggapan yang positif tentang
pelaksanaan bintal.
1.
Faktor pendorong diadakannya tindakan
bintal yang paling dominan menurut para siswa adalah untuk membentuk mental
siswa.
2.
Pelaksanaan bintal berpengaruh terhadap
kondisi psikis siswa. Pengaruh positifnya adalah dapat menambah daya kritis
siswa. Sedangkan dampak negatif dari bintal adalah siswa menjadi takut pada
kakak kelas dan mengalami trauma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar