Selasa, 21 Januari 2014

Perencanaan Sosial dalam Pendidikan



PENDAHULUAN

Perencanaan pendidikan mengandung arti untuk memenuhi kebutuhan manusia, bentuk apapun yang diambil perencanan itu akan mempengaruhi aspek sosial dari situasi tersebut. dengan demikian, walaupun perencanaan itu hanya berkaitan dengan aspek fisik tetap hasus memiliki implikasi sosial. Pengertian perencanaan sosial kurang memiliki batasan yang jelas sehingga menimbulkan berbagai konotasi. Jadi dapat dikatakan perencanaan itu tidak akan lengkap jika hanya mempertimbangkan sub kelompok fisik, sosial, ekonomi, atau pendidikan saja tanpa mempertimbangkan keseluruhan lingkungan yang melingkupinya.
Perencanaan bisa dikaji dengan dengan pengamatan dari berbagai komponennya yang berbeda. Sebagai contoh perencanaan fungsional memfokuskan pada aspek tertentu dari permasalahan total. Hal ini biasanya terpisah, tetapi dapat efektif bila dikoordinasikan dengan upaya dan bentuk perencanaan jangka panjang keseluruhan.
selain itu, kajian terhadap perencanaan pendidikan yang berlingkup regioanal perlu segera digalakkan. Mengingat berbagai macam latar belakang yang terdapat di masyarakat, jika tidak dikaji lebih mendalam, perencanaan hanyalah sebatas rencana. Realitas pendidikan yang belum mampu memberikan solusi atas prematurnya system pendidikan kita akan terus berlangsung.
Perencanaan regional perlu mempertimbangkan aspek sosiologis seperti kebiasaan, adat istiadat dan kebudayaan serta nilai-nilai budaya masyarakat setempat dan aspek-aspek ekonomi seperti tingkat pendapatan, pola konsumsi, kebiasaan menabung dan sebagainya.
Setiap kebijakan yang dituangkan dalam rencana pendidikan yang dilaksanakan akan mempengaruhi kehidupan sosial dan tingkah laku kelompok masyarakat, oleh karena itu dalam perencanaan pendidikan harus memperhatikan aspek-aspek sosiologis yang berkaitan dengan pembangunan pendidikan, di antaranya:
a.         bagaimana aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, di mana pendidikan dapat memberikan kesempatan untuk memperbaiki mutu kehidupan.
b.        bagaimana mendapatkan pendidikan yang mudah dan murah sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
c.         bagaimana mempersiapkan fasilitas pendidikan dan mutu pendidikan yang baik.
d.        bagaimana menghadapi situasi dan aspirasi masyarakat yang selalu bergerak dan berkembang.
                  Pendidikan dapat dipandang sebagaai investasi karena pendidikan yang berhasil akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kemajuan ekonomi mendorong perkembangan pendidikan, dan pendidikan yang maju merupakan salah satu persyaratan untuk perkembangan ekonomi selanjutnya.




Perencanaan Perubahan Sosial Pada Aspek Pendidikan
            Salah satu faktor yang menentukan pembangunan bidang pendidikan akan mencapai sasarannya adalah perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik tentunya mensyaratkan tersedianya dukungan data yang benar-benar mencerminkan keadaan yang sebenarnya (akurat) dan mutakhir. Syarat lain yang tidak kalah pentingnya adalah proses penyusunan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan daerah, melibatkan seluruh stakeholder pendidikan, dan akuntabel.
Perencanaan yang baik dapat dilihat dari dua sisi, yakni :
a.    Substansi isi perencanaan dan proses penyusunannya. Dari sisi substansinya, setidak-tidaknya ada 5 (lima) hal yang perlu mendapat perhatian
b.    Perencanaan seharusnya sesederhana mungkin namun jelas kaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya sehingga mudah dipahami dan diimplementasikan.
c.    Perencanaan harus terukur sehingga mudah untuk dilihat sampai sejauh mana pelaksanaan sesuai dengan perencanaan dan seberapa hasil yang telah dicapai. Pengukuran hanya bisa dilakukan jika cukup tersedia data yang akurat dan mutakhir dari waktu ke waktu.
d.   Isi perencanaan tidak terlalu muluk-muluk dan seyogyanya sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat dan sesuai dengan kapasitas daerah untuk melaksanakannya.
e.    Perencanaan harus benar-benar dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Penggunaan data dan informasi yang akurat mutlak diperlukan untuk menjadikan perencanaan dapat diandalkan.
f.     Perencanaan harus jelas jangka waktunya (tahunan, lima tahunan, sepuluh tahunan atau lebih dari itu). Hal ini diperlukan untuk mengalokasikan sumberdaya yang tersedia dengan tepat.
            Dari sisi proses penyusunannya, perencanaan harus dibuat secara transparan, akuntabel, partisipatif dan aspiratif. Untuk itu, berbagai pihak yang berkepentingan dengan pendidikan harus dilibatkan sejak awal proses penyusunan perencanaan. Selain itu, sebelum disahkan menjadi dokumen resmi, perencanaan perlu dipublikasikan terlebih dahulu ke masyarakat luas melalui media masa lokal dan lokakarya-lokakarya untuk memperoleh masukan-masukan. Jika proses penyusunan seperti dilaksanakan, akan diperoleh kepedulian dan dukungan masyarakat dalam implementasi program dan kegiatan pendidikan. Dengan perencanaan pendidikan seperti ini, pelaksanaan program dan kegiatan pendidikan di daerah akan menjadi lebih efesien dan efektif serta dapat diterima masyarakat secara luas. Kabupaten Kebumen merupakan contoh yang baik.
            Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas, sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Mengapa pembelajaran harus mengaktifkan siswa? Sebenarnya kita belajar 10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat dan dengar, 70% dari yang kita ucapkan, dan 90% dari yang kita ucapkan dan kerjakan. Ada referensi lain yang mengatakan bahwa siswa akan belajar 95% kalau siswa mengajarkan kepada temannya. Artinya, belajar paling efektif jika dilakukan secara aktif oleh individu tersebut. Pengelolaan kelas merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh sekolah dalam rangka mengefisienkan dan mengefektifkan proses belajar dan sumber daya. Model pengelolaan kelas merupakan keputusan yang tidak hanya diambil oleh guru tetapi juga dapat merupakan keputusan yang diambil oleh sekolah maupun dinas pendidikan.

Perencanaan Pemberdayaan Perpustakaan Kelas
            Membaca merupakan jantung pengetahuan, oleh karena itu kebiasaan membaca hendaknya ditumbuhkan sejak dini. Kegemaran akan membaca membawa pengaruh yang luar biasa pada perkembangan pengetahuan siswa dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Sekolah sebagai suatu lembaga formal memiliki peran yang strategis untuk menumbuhkan kebiasaan membaca tersebut. Salah satu upaya yang dapat dikembangkan adalah pemanfaatan perpustakaan sekolah atau sudut baca di dalam kelas. Beberapa sekolah binaan MBE telah melakukan pengaturan agar siswa dapat menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar.
A.  Situasi Sebelum Perencanaan
            Kondisi perpustakaan yang di sekolah umumnya sangat memprihatinkan, tidak hanya pada keadaan fisik ruang perpustakaan semata tetapi juga pada koleksi buku yang tersedia, pengelolaan, dan pemanfaatannya. Umumnya ruang perpustakaan ditempatkan di ruang yang sempit, kotor dan tidak ada perawatan yang memadai atau bahkan sekolah tidak mempunyai perpustakaan sama sekali. Sebelum adanya inisiatif sekolah tidak memiliki ruang perpustakaan sama sekali. Buku pelajaran hanya disimpan dalam lemari di kelas. Pemanfaatan buku sangat jarang dilakukan oleh guru. Biasanya buku yang tersedia hanya buku paket yang digunakan hanya pada matapelajaran tertentu saja. Kalau pun ada variasi lain dari jenis buku yang tersedia, maka hal tersebut sangat sedikit baik dari sisi jumlah maupun jenisnya.
B.  Strategi Pelaksanaan
Maksud dan Tujuan
            Dengan melihat kondisi faktual yang ada di sekolah, beberapa kepala sekolah berinisiatif untuk melakukan perubahan. Berbagai strategi dipikirkan agar maksud tersebut dapat dilaksanakan dengan tujuan:
a.         Pengadaan ruang perpustakaan atau sudut baca di dalam kelas
b.        Penambahan koleksi buku melalui pembelian oleh sekolah maupun mengadakan sumbangan dari komite, pihak swasta maupun orang tua siswa
c.         Pemanfaatan semaksimal mungkin buku bacaan oleh siswa dan guru
d.        Peningkatan pengelolaan yang tertib atau pengorganisasian perpustakaan
C.  Pola Pikir dan Pelaksanaan
            Berdasarkan maksud dan tujuan di atas, maka sekolah memikirkan serangkaian langkah strategis yang dapat digunakan. Adapun langkah-langkah yang diambil antara lain adalah:
a.         Kepala Sekolah melakukan sosialisasi ide dalam pertemuan antara warga sekolah dengan wali murid.
b.        Kepala sekolah meminta guru untuk mempersiapkan tempat yang dapat digunakan sebagai sudut baca dalam kelas berupa meja yang diletakkan di sudut kelas dan menata buku yang berada dalam lemari di sudut baca tersebut. Hal ini dilakukan agar buku bacaan semakin didekatkan pada siswa sehingga mereka dapat dengan mudah memanfaatkannya.
c.         Kepala Sekolah mengambil kebijakan membeli buku untuk menambah koleksi yang sudah ada dan menghimbau kepada wali murid pada saat sosialisasi untuk turut serta menyumbangkan buku ke sekolah.
d.        Kepala Sekolah bersama guru dan wali murid bersepakat meluncurkan suatu program pembiasaan membaca bagi siswa yaitu membaca senyap yang dilakukan setiap hari, 15 menit sebelum pelajaran dimulai.
e.         Kepala Sekolah bersama komite dan orang tua siswa menyepakati bagaimana meningkatkan perpustakaan sekolah dan sudut baca di kelas.
D.  Hasil yang Dicapai
            Melalui berbagai inovasi yang dilakukan kepala sekolah bersama stakeholder dalam pemberdayaan perpustakaan/sudut baca maka hasil yang dicapai sebagai berikut:
a.         Minat baca siswa meningkat, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya permintaan siswa pada sekolah untuk menambah koleksi buku bacaan
b.        Semakin banyaknya sumber belajar yang dapat digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran
c.         Adanya rasa sungkan dari siswa kalau waktu istirahat hanya dipakai untuk bermain, sedangkan teman lainnya mengambil buku dan serius membaca
d.        Banyak ide dan kreatifitas siswa yang diperoleh dari buku yang mereka baca
            Keberhasilan yang telah dicapai dalam pemberdayaan perpustakaan/sudut baca di beberapa sekolah dapat memberikan inspirasi bahwa:
a.         Walau dengan menggunakan biaya yang minim dapat memberikan hasil yang optimal
b.        Inisiatif kepala sekolah untuk memanfaatkan ruang kelas dan koridor sebagai ruang baca
c.          Pemberdayaan guru untuk mengelola dan memanfaatkan perpustakaan/sudut baca
            Dengan memperhatikan hasil yang positif dari program pemberdayaan perpustakaan/sudut baca, maka kemungkinan keberlanjutan program ini sangat besar. Penyusunan program yang diinisiasi oleh kepala sekolah dengan melibatkan guru dan stakeholder, memungkinkan program pemberdayaan ini dimodifikasi ke arah yang lebih baik.
            Berdasarkan kemudahan langkah-langkah yang diambil dan banyaknya manfaat yang didapatkan untuk meningkatkan kualitas siswa melalui kebiasaan membaca, maka kemungkinan penyebarluasan pemberdayaan perpustakaan/sudut baca ini untuk dilakukan di kabupaten/kota lainnya sangat besar.

Perencanaan Optimalisasi Tutor Sebaya Di Dalam Kelas
            Menurut teori belajar sosial, belajar akan lebih efektif jika berinteraksi dengan orang lain. Orang lain yang berfungsi membantu proses belajar di sekolah tidak hanya guru tetapi juga siswa lain di kelas serta nara sumber. Siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi dari siswa yang lain dapat berfungsi sebagai sumber belajar dan berperan aktif sebagai fasilitator. Siswa yang dapat menjadi fasilitator ini dalam pendidikan dinamakan tutor sebaya. Penerapan tutor sebaya dilakukan jika pengelolaan pembelajaran bersifat kelompok. Pengelolaan pembelajaran melalui manajemen kelompok yang berbantuan dengan tutor sebaya telah dilaksanakan di SDN Punten 1 Kota Batu, SDN Sonorejo 2 Kabupaten Pati dan SDN Betek 1 Kabupaten Probolinggo.
A.  Situasi Sebelim Perencanaan
a.    Anak-anak yang kurang mampu umumnya takut berpendapat maupun bertanya
b.    Siswa yang menonjol kemampuannya umumnya tidak peduli pada temannya yang kurang mampu
c.    Aktivitas kelas didominasi oleh anak-anak yang pandai
B.       Strategi Pelaksanaan
            Optimalisasi peran tutor sebaya dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memberdayakan siswa yang pandai dikelasnya untuk peduli dan membantu siswa yang kurang pandai
C.       Penyusunan Perencanaan
Prinsip yang menjadi dasar perencanaan ini adalah:
a.    Teori belajar sosial
b.    Meningkatkan kepedulian siswa yang kemampuannya lebih tinggi untuk membantu siswa yang kurang mampu
c.    Mengefektifkan proses pembelajaran
d.   Tahap pelaksanaan
e.    Mencari anak yang menonjol kemampuannya di setiap kelompok
f.     Anak yang terpandai di setiap kelompok dijadikan sebagai Tutor Sebaya
g.    Tugas tutor sebaya adalah menjadi motor kerja kelompok dan menjadi fasilitator dalam kerja kelompok.
D.      Hasil yang Di Peroleh
• Anak mulai aktif (bertanya, berpendapat, bekerja sama);
• Anak menghargai pendapat temannya;
• Memperingan guru dalam mengatasi kekurangan anak-anak yang tertinggal;
• Nilai rata-rata anak menunjukkan peningkatan;
• Adanya persaingan yang sehat antar kelompok;
• Anak senang belajar.
E.       Pelajaran yang Dapat Di Ambil
a.    Meningkatkan kepedulian anak yang pandai di kelas (berperan sebagai tutor sebaya) kepada siswa yang kurang mampu
b.    Mengektifkan pembelajaran karena ada banyak nara sumber di kelas
c.    Membangkitkan rasa sosial.
            Proses pembelajaran di mana siswa diorganisasi dalam kelompok agar berjalan efektif di setiap kelompok dapat diangkat seorang “tutor kecil” untuk membantu guru membimbing siswa-siswa yang lambat belajar. Model ini dapat dilanjutkan karena memberikan keuntungan kepada proses dan hasil belajar pada siswa yang cepat belajar maupun yang lambat belajar.
            Berdasarkan manfaat yang dapat diambil dari model pengelolaan kelompok yang di dalamnya ada tutor sebaya maka model ini dapat disebarluaskan untuk dikembangkan di kelas lain atau di sekolah yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar